ANALISA KARBOHIDRAT
PADA PISANG
DISUSUN OLEH
:
RISCA WAHYU
FEBRIANI
3 KIMIA
ANALIS 2
PROGRAM STUDI KIMIA ANALISIS
SMKN 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
Jln. Kadar Maron Sidorejo Kotak Pos. 104 Telp.
(0293) 49016939
Temanggung 56221
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas
yang membutuhkan energi cukup banyak. Energi ini kita peroleh dari bahan
makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok
utama senyawa kimia yaitu kerbohidrat, protein, dan lemak.
Kedudukan
karbohidrat sangatlah penting bagi tubuh
manusia, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat
memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi
umat manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Karbohidrat yang dihasilkan
adalah karbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2)
yang lepas di udara (Almatsier, 2010). Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak
kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya,
mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk
menghasilkan energi. Kita dapat mengenal berbagai jenis karbohidrat dalam
kehidupan sehari hari, baik yang berfungsi sebagai pembangun struktur maupun
yang berperan fungsional dalam proses metabolisme. Amilum atau pati, selulosa,
glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa senyawa karbohidrat
yang penting dalam kehidupan manusia.
Berdasarkan pernyataan di atas, pengujian karbohidrat pada suatu
bahan pangan perlu dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat pada bahan
pangan tersebut. Secara umum, terdapat dua macam analisa karbohidrat, yaitu analisa
kualitatif dan
analisa kuantitatif. Analisa kualitatif meliputi Uji Molisch,
Uji Barfoed, Uji Benedict, Uji Seliwanoff, dan Uji Iodin. Sedangkan analisa kuantitatif terdiri dari Metode Luff
Schoorl, Metode
Nelson-Somogyi, Metode Anthrone, Metode Folin, Metode Enzimatis, dan
Metode Kromatografi. Namun pada praktikum ini, analisa protein dilakukan dengan
metode Nelson-Somogyi.
1.2 Tujuan
a.
Untuk
mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil pertanian,
b. Untuk mengetahui cara pengambilan
sampel yang akan dianalisa (homogenisasi),
c.
Untuk
mengetahui cara ekstraksi gula reduksi di dalam preparasi sampel bahan pangan
dan hasil pertanian yang akan dianalisis kadar gula reduksinya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat dan Gula reduksi
2.1.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung
unsur-unsur: C, H dan O, terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuha n yaitu
kira-kira 75%. Dinamakan karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat
dari karbon; dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding
1 seperti air. Jadi C6H12O6 dapat ditulis C6(H2O)6,
C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11dan
seterusnya, dan perumusan empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n
(Sastrohamidjojo, H., 2005).
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan
sesuai dengan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau
gula dibagi menjadi empat klas pokok:
1.
Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa-senyawa yang
mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung 6 karbon
disebut heksosa. Gula yang mengandung 5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula
sederhana adalah merupakan polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan
polihidroksi keton disebut ketosa.
2.
Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang
dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan gugus keton
dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila
tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-sama gula
ini disebut ikatan glikosida.
3.
Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana
yang dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa
dan dekstrin.
4. Glikosida,
dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa mereka
mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh ikatan
glikosida (Sastrohamidjojo, H., 2005)
2.1.2 Gula
Reduksi
Sebagian
karbohidrat bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini disebabkan
adanya gugus aldehida dan gugus keton yang bebas, sehingga dapat mereduksi
ion-ion logam. Gugus aldehida pada aldoheksosa mudah teroksidasi menjadi asam
karboksilat dalam pH netral oleh zat pengoksidasi atau enzim. Dalam zat
pengoksidasi kuat, gugus aldehida dan gugus alkohol primer akan teroksidasi
membentuk asam dikarboksilat atau asam ardalat. Gugus aldehida atau gugus keton
monosakarida dapat direduksi secara secara kimia menjadi gula alkohol, misalnya
D-sorbito yang berasal dari D-glukosa.
Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya
adalah glukosa dan fruktosa. Gula reduksi mempunyai
kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton
bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah
logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi
adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan
yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia
UMM, 2008).
2.2
Penjelasan Bahan Baku
2.2.1
Jambu Biji
Merah
Jambu biji merah (Psidium guajava L.) adalah salah satu
buah heksotis dan dikenal dengan nama lain sepeti jambu klutuk atau jambu batu.
Jambu biji merah termasuk dalam kelompok jambu biji bersama dengan jambu
mangkok, jambu paris, dan jambu susu. Jambu biji berbentuk bulat dengan
diameter kurang lebih 5 cm dan panjang 4-12 cm. Kulit buah berwarna kuning
kehijauan dengan daging buah berwarna merah muda sampai merah (Satuhu dan
Sjaifullah, 1994).
Kandungan gizi
dalam 100 gram buah jambu biji merah adalah 36-50 kalori, 77-86 g air, 2,8-5,5
g serat, 0,9-1,0 g protein, 0,1-0,5 g lemak, 0,43-0,7 g abu, 9,5-10 g
karbohidrat, 9,1-17 mg kalsium, 17,8-30 mg fosfor, 0,3-0,7 mg besi, 200-400 IU
vitamin A, 200-400 mg vitamin C, 0,046 mg vitamin B1, 0,03-0,04 mg vitamin B2,
0,6-1,068 mg vitamin B3 dan 82% bagian yang dimakan (Cahyono, 2010).
2.2.2
Pisang
Pisang merupakan tumbuhan monokotil
yang termasuk dalam familia Musaceae. Pohonnya memiliki tinggi dua hingga
sembilan meter, akar rizoma berada dalam tanah dan pelepahnya terdiri dari
lembaran daun dan mahkota terminal daun tempat munculnya bakal buah. Pisang
merupakan buah klimaterik yang artinya memiliki fase perkembangan, dengan
meningkatnya ukuran buah dan meningkatnya kadar karbohidrat yang terakumulasi
dalam bentuk pati. Pertumbuhan terhenti saat buah telah benar-benar ranum dan
fase pematangan buah terhambat. Selama fase pematangan, kekerasan buah menurun,
pati berubah menjadi gula, warna kulit berubah dari hijau menjadi kuning dan
kekelatan pada buah hilang, berkembang menjadi flavor dengan karakteristik yang
khas (Stover dan Simmonds, 1987).
Pisang
memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung komponen karbohidrat yang
tinggi sehingga dapat menyediakan energi sekitar 136 kalori untuk setiap 100
gram (Poedjiadi, 1994). Senyawa gula dalam pisang merupakan jenis fruktosa yang
disebut juga dengan gula buah dan mempunyai indek glikemik lebih rendah
dibandingkan dengan glukosa. Disamping itu pisang juga mengandung beberapa
mikronutrisi seperti vitamin C, vitamin B6 dan mineral kalium, magnesium,
fosfor, besi dan kalsium (Kusumo & Farid, 1994).
2.3
Macam-macam Analisa Karbohidrat
2.3.1 Analisa
Kualitatif
Karbohidrat
dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yang dapat digunakan untuk
analisis kualitatif. Bila karbohidrat direaksikan dengan larutan naftol dalam
alkohol. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat secara hati-hati, pada batas cairan
akan berbentuk furfural yang berwarna ungu. Reaksi ini disebut reaksi molisch
dan merupakan reaksi umum bagi karbohidrat.
1)
Uji molisch
Prinsip :
bahan yang mengandung monosakarida bila direaksikan dengan H2SO4 pekat akan
terhidrolisis membentuk furural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan
dengan naftol ditandai dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena
H2SO4 dapat menghidrolisis oligosakarida dan polisakarida.
Caranya :
dalam 2 ml larutan contoh dalam tabung reaksi ditambahkan dua tetes pereaksi
α-naftol 10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi dimana larutan contoh berada di
lapisan atas. Cincin berwarna merah ungu pada 12batas ke dua
cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam contoh (Winarno, FG, 2004).
2)
Uji barfoed
Prinsip :
monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga kekuatan
hidrolisis menurun dan mengakibatkan tidak dapat mereduksi disakarida.
Caranya :
pereaksi terdiri dari cupri asetat dan asam asetat. Dalam 5 ml pereaksi dalam
tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan contoh, kemudian tabung reaksi
ditempatkan dalam air mendidih selama 1 menit. Endapan berwarna merah orange
menunjukkan adanya monosakarida dalam contoh.
3)
Uji benedict
Prinsip :
larutan CuSO4 dalam suasana alkali akandireaksikn oleh gula yang mempunyai
gugus aldehida sehingga cupri oksida (CuO) tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata.
Caranya : 5
ml pereaksi dalam tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian
tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan
warna hijau, kuning atau merah orange menunjukkan adanya gula pereduksi dalam
contoh.
4)
Uji Seliwanoff
Prinsip :
fruktosa dengan asam kuat akan mengalami dehidrasi membentuk 4 hidroksi
metylfurfural. Bila ditambahkan recorsinol akan berkondensasi membentuk
persenyawaan yang berwarna merah 13
Carannya : 1
ml larutan contoh ditambahkan ke dalm 5 ml pereaksi (3,5 ml recorsinol 0,5 %
dengan 12 ml HCL pekat, kemudian encerkan dengan 35 ml dengan air suling)
kemudian ditempatkan dalam air mendidih selama 10 menit. Warna merah cherry
menunjukkan adanya fruktosa dalam contoh (Winarno, FG, 2004)
5)
Uji Iodin
Prinsip :
polisakarida akan membentuk reaksi dengan iodin dan memberikan warna spesifik
tergantung jenis karbohidratnya. Amilosa dan iodin berwarna biru, amilopektin
merah coklat, glikogen dan dextrin berwarna merah coklat.
Caranya :
larutan contoh diasamkan dengan HCl. Sementara itu dibuat larutn iodin dalam
larutan KI. Larutan contoh sebanyak satu tetes ditambahkan ke dalam larutan
iodin. Timbulnya warna biru menunjukkan adanya pati dalam contoh, sedangkan
warna merah menunjukkan adanya glikogen.
2.3.2 Analisa Kuantitatif
Banyaknya cara yang dapat digunakan untuk menentukan
banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi,
cara fisik, cara ensimatik, atau biokimiawi, dan cara kromatografi. Penentuan
karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan
perlakuan pendahuluan sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan ini maka
bahan dihidrolisis dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu.
1) Metode Luff
Schoorl
Pada
penentuan gula cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya kuprooksida yang
mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan
sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan
Natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen
dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan
jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi
selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kupri oksida yang ada dalam
reagen akan membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang
dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida. Banyaknya iod dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa
titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah
warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan
warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat
titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan
titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang sudah tersedia yang
menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium tiosulfat dengan banyaknya gula
reduksi (Sudarmadji,S. 1989).
2) Metode Nelson-Somogyi
Salah satu metode kimiawi yang dapat
digunakan untuk analisa karbohidrat adalah metode oksidasi dengan kupri. Metode
ini didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri okisida menjadi kupro oksida
karena adanya andungan senyawa gula reduksi pada bahan. Reagen yang digunakan
biasanya merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, natrium sulfat, dan
K-Na-tartrat (reagen Nelson Somogy) (Fauzi, 1994).
3) Metode Anthrone
Penggunaan Metode Anthrone untuk
analisis total karbohidrat mulai berkembang sejak penggunaan pertama kali oleh
Dreywood pada tahun 1946 untuk uji kualitatif. Dasar dari reaksi ini adalah
kemampuan karbohidrat untuk membentuk turunan furfural dengan keberadaan asam
dan panas, yang kemudian diikuti dengan reaksi dengan anthrone yang
menghasilkan warna biru kehijauan (Sattler dan Zerban 1948) dalam Brooks et al
(1986). Uji Anthrone ini memiliki kelebihan dalam hal sensitifitas dan
kesederhanaan ujinya (Koehler, 1952). Kekurangan dari Metode Anthrone adalah
ketidakstabilan dari reagen (anthrone yang dilarutkan dalam asam sulfat),
sehingga perlu dilakukan persiapan reagen yang baru setiap hari.
4)
Metode Folin
Mempunyai
prinsip, filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali.
Endapan CuO yang dibentuk oleh glukosa akan larut dengan penambahan larutan
fosfo molibdat. Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan
standar glukosa (Horwitz, 1970)
5)
Metode Enzimatis
Penentuan
gula dengan cara enzimatis sangat tepat terutama untuk tujuan penentuan gula
tertentu yang ada dalam suatu campuran berbagai macam gula. Cara kimiawi
mungkin sulit untuk penentuan secara individual yang ada dalam campuran
itu,tetapi dengan cara enzimatis ini penentuan gula tertentu tidak akan
mengalami kesulitan karena tiap enzim sudah sangat spesifik untuk gula yang
tertentu. (S Sudarmadji, B Haryono, Suhardi, 2003)
6)
Metode Kromatografi
Penentuan
karbohidrat dengan cara kromatografi adalah dengan mengisolasi dan
mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu campuran. Isolasi karbohidrat ini
berdasarkan prinsip pemisahan suatu campuran berdasarkan atas perbedaan
distribusi rationya pada fase tetap dengan fase bergerak. Fase bergerak dapat
berupa zat cair atau gas,sedangkan fase tetap dapat berupa zat atau zat cair.
Apabila zat padat sebagai fase tetapnya maka disebut kromatografi serapan,
sedang bila zat cair sebagai fase tetapnya disebut khromatografi partisi.(S
Sudarmadji, B Haryono, Suhardi, 2003).
2.4
Prinsip Analisa Gula Reduksi
Metode
Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan menggunakan
pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai
oksidator antara kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk
endapan merah bata. Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan pereaksi tembaga
alkali yang mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat (garam
Rochelle), sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat H2SO4,
NaHAsO4.7H2O. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar, konsentrasi
gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang membentuk dapat
menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya. Metode
Nelson-Somogyi merupakan salah satu metode kimiawi yang dapat digunakan untuk
analisa karbohidrat adalah metode oksidasi dengan kupri. Metode ini didasarkan
pada peristiwa tereduksinya kupri okisida menjadi kupro oksida karena adanya
andungan senyawa gula reduksi pada bahan. Reagen yang digunakan biasanya
merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, natrium sulfat, dan K-Na-tartrat
(reagen Nelson Somogy) (Fauzi, 1994).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
a.
Corong mika
(3)
b.
Kertas
saring (3)
c.
Labu ukur 100
ml (3)
d.
Beaker Glass
150 ml (3)
e.
Beaker Glass
600 ml (1)
f.
Batang
stirrer (1)
g.
Stirrer
h.
Penangas
i.
Pipet Tetes
(1) Tabung reaksi (9)
j.
Bulb Pipet
k.
Vortex
l.
Botol
Semprot
m.
Kuvet (2)
n.
Pipet volume
1 ml (3)
o.
Spektrofotometer
p.
Spatula besi
(1)
q.
Pi-pump
r.
Neraca
analistis
3.1.2
Bahan
a.
Pisang
b.
Jambu
c.
CaCO3
d.
BaOH
e.
ZnSO4
f.
Aquades
g.
Nelson Somogyi
h. Arsenomolybdat
3.2 Prosedur Analisa
3.2.1
Menentukan Kadar Karbohidrat dalam Bahan
Tahap pertama yang dilakukan adalah menyiapkan sampel cair.
Sampel cair yang diambil dengan 3 konsentrasi
berbeda yaitu 0,2 ml; 0,3 ml dan 0,4 ml. Kemudian masing-masing sampel
ditambahkan 1 ml reagen Nelson Samogy untuk mereduksi kuprioksida menjadi
kuprooksida. Setelah itu dipanaskan selama 20 menit untuk melarutkan dan
mempercepat reaksi kimia. Tambahkan 1 ml arsenomolibdat untuk mereduksi endapan
kuprooksida menjadi molibdine blue berwarna biru. Kemudian menera larutan
dengan 10 ml aquades, agar larutan tidak terlalu pekat. Setelah itu divortex
untuk menghomogenkan dan masukan ke dalam kuvet yaitu tempat untuk pembacaan
absorbansi dan tahap terakhir masukan ke spektrofotometer yaitu alat untuk
mengukur absorbansinya dengan panjang gelombang 540 nm. Pengukuran absorbansi
didasarkan pada warna biru yang dihasilkan dari proses reduksi arsenomolybdat
menjadi molybdine blue.
3.2.2
Analisa Sampel
Untuk melakukan analisis sampel, 0,5 ml sampel yang telah
dibuat dimasukkan ke masing-masing labu takar. Setelah itu tambahkan larutan
lowry sebanyak 2 ml akan mengikat protein dengan lowry menjadi Cu. Kemudian
ditunggu 10 menit untuk mengoptimalkan reaksi. Ditambahkan Folin sebanyak 0,2
ml, Cu yang terbentuk akan mengikat Folin membentuk senyawa berwarna biru untuk
diamati absorbansnya dengan alat spektrofotometer. Selanjutnya ditera dengan
aquades hingga tanda batas kemudian ditunggu selama 1 jam untuk mengoptimalkan reaksi.
Setelah itu diamati absorbansinya dengan alat spektrofotometer pada 750 nm,
gelombang tersebut warna biru yang dihasilkan oleh ikatan Cu dan folin dapat
terbaca dengan baik oleh spektofotometer
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Kurva Standar
Dari
pembuatan kurva standart didapatkan hasil R2 sebesar 0,9981 dan
dengan persamaan y= 5,79x – 0,0064. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
pembacaan absorbansi cukup presisi karena nilai R2 nya mendekati 1.
Kurva standar analisis karbohidrat diatas menunjukkan bahwa konsentrasi gula
reduksi berbanding lurus dengan nilai absorbansi dari hasil pengukuran
spektrofotometer. Semakin tinggi konsentrasi gula reduksi yang digunakan, maka
semakin tinggi pula nilai absorbansi yang dihasilkan.
4.2 Data Hasil Analisa
Pada
analisa karbohidrat bahan yang digunakan yaitu jambu biji merah dengan pisang.
Sampel yang dianalisis baik dengan bahan jambu maupun pisang sama, yaitu 0.2ml
sebanyak 3x ulangan, 0.3ml sebanyak 3x ulangan dan 0.4ml juga sebanyak 3x
ulangan. Masing-masing ulangan dilakukan untuk memperoleh data yang lebih
akurat.
Pada
konsentrasi 0,2 ml diperoleh nilai gula reduksi pada tiap bahan. Pada bahan
jambu biji kandungan gula reduksinya sebesar 3,719632% sedangkan untuk bahan
pisang sebesar 7,271733%. Nilai SD dari jambu biji dan pisang berturut-turut
yaitu 0,133875 dan 0,267052. Dari nilai SD yang diperoleh dari kedua bahan
tersebut sudah cukup akurat karena kurang dari 1.
Pada
konsentrasi 0,3 ml diperoleh nilai gula reduksi pada tiap bahan. Pada bahan
jambu biji kandungan gula reduksinya sebesar 3,727116% sedangkan untuk bahan
pisang sebesar 7,87987%. Nilai SD dari jambu biji dan pisang berturut-turut
yaitu 0,086356 dan 0,183896. Dari nilai SD yang diperoleh dari kedua bahan
tersebut sudah cukup akurat karena kurang dari 1.
Pada
konsentrasi 0,4 ml diperoleh nilai gula reduksi pada tiap bahan. Pada bahan
jambu biji kandungan gula reduksinya sebesar 3,540875% sedangkan untuk bahan
pisang sebesar 7,74928%. Nilai SD dari jambu biji dan pisang berturut-turut
yaitu 0,052764 dan 0,208435. Dari nilai SD yang diperoleh dari kedua bahan
tersebut sudah cukup akurat karena kurang dari 1.
Dari
semua data yang telah didapat dari beberepa ulangan kemudian dirata-rata. Dari
rata-rata tersebut diperoleh kandungan gula reduksi pada bahan jambu biji yaitu
3,662541%, sedangkan pada pisang kandungan gula reduksinya adalah 7,6336%.
Menurut literatur kandungan gula reduksi pada pisang 5,44%. Hal ini berbeda
dengan hasil praktikum. Mungkin ini disebabkan karena pisang yang diukur kadar
gula reduksi memiliki varietas yang berbeda. Sedangkan pada jambu menurut
literatur kandungan gula reduksinya sekitar 3-4%, hal ini berarti sudah sesuai
dengan literatur.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa:
a. Karbohidrat adalah senyawa yang
mengandung unsur-unsur: C, H dan O, terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuha n
yaitu kira-kira 75%.
b. Gula reduksi merupakan golongan gula
(karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya
adalah glukosa dan fruktosa.
c. Jambu biji merah (Psidium
guajava L.) adalah salah satu buah heksotis dan dikenal dengan nama lain
sepeti jambu klutuk atau jambu batu.
d. Senyawa gula dalam pisang merupakan
jenis fruktosa yang disebut juga dengan gula buah dan mempunyai indek glikemik
lebih rendah dibandingkan dengan glukosa.
e. Analisa kualitatif pada karbohidrat
meliputi Uji molisch, Uji barfoed, Uji benedict, Uji Seliwanoff dan Uji Iodin.
f. Analisa kuantitatif pada karbohidrat
meliputi Metode Luff Schoorl, Metode Nelson-Somogyi, Metode Anthrone, Metode
Folin, Metode Enzimatis, dan Metode Kromatografi.
g. Prinsip kerja Nelson Somogyi yaitu tereduksinya jumlah
endapan kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolibdat yang tereduksi menjadi
molybdine blue dan warna biru diukur absorbansinya.
5.2 Saran
a. Pada saat menjelaskan teori lebih
jelas agar praktikan lebih paham
b. Selesai meggunakan alat laboratorium,
segera dicuci dan kembalaik ke tempat semula.
LAMPIRAN
Data
Pengamatan Praktikum Gula Reduksi pada Pisang
a.
Konsentrasi 0,2
Ulangan
|
Konsentrasi
|
Nilaiabsorban
|
Nilai X
|
% gulareduksi
|
1
|
0.2 A
|
0,728
|
0,1268
|
6,34
|
2
|
0.2 B
|
0,810
|
0,1410
|
7,05
|
3
|
0.2 C
|
0,787
|
0,1370
|
6,85
|
Rata-rata
|
6,7466
|
|||
StandarDeviasi
|
0,3661
|
|||
RSD
|
5,4264
|
b. Konsentrasi 0,3
Ulangan
|
Konsentrasi
|
Nilaiabsorban
|
Nilai X
|
% gulareduksi
|
1
|
0,3 A
|
1,326
|
0,2301
|
11,505
|
2
|
0,3 B
|
0,573
|
0,1001
|
5,005
|
3
|
0,3 C
|
1,638
|
0,2840
|
14,2
|
Rata-rata
|
10,2366
|
|||
StandarDeviasi
|
4,7268
|
|||
RSD
|
46,176
|
c. Konsentrasi 0,4
Ulangan
|
Konsentrasi
|
Nilaiabsorban
|
Nilai X
|
% gulareduksi
|
1
|
0.4 A
|
1,376
|
0,2387
|
5,9675
|
2
|
0.4 B
|
1,484
|
0,2574
|
6,435
|
3
|
0.4 C
|
1,758
|
0,3047
|
0,0761
|
Rata-rata
|
4,1595
|
|||
StandarDeviasi
|
3,5440
|
|||
RSD
|
85,2025
|
No comments:
Post a Comment