MAKALAH
KROMATOGRAFI
PENUKAR ION (KPI)
DI SUSUN OLEH :
1. AHMAD
WAHID (01)
2. ANDI
SOFYAN (02)
3. HERNI
PRIHASTINI (16)
4. LIA
NURFITRIA (20)
5. RISCA
WAHYU F. (29)
6. YULIA
NUR H (36)
KELOMPOK 6
3 Kimia Analis
2
SMK NEGERI 1 TEMANGGUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KROMATOGRAFI
PERTUKARAN ION (KPI)
A. Pengertian
Kromatografi Pertukaran ion
adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran
atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan
yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut
merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan,
dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme
pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Kromatografi pertukaran ion adalah jenis kromatografi
yang melibatkan reaksi kimia dalam pemisahannya. Dengan demikian, kesetimbangan
yang terjadi di permukaan berbeda dengan kesetimbangan kromatografi lainnya.
Komponen ionik akan tertahan secara selektif karena berkaitan dengan penukar
ion yang ada pada fase diam. Kromatografi ini mempunyai keterbatasan karena
berkaitan dengan perhitungan kimia.
Kromatografi Ion merupakan aplikasi tehnik
kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT) dalam kromatografi penukar ion dengan
menggunakan komponen resin penukar ion dan detektor konduktometer. Resin
terdiri dari resin penukar kation dan anion. Resin penukar kation biasanya
dalam bentuk asam kuat yang dapat bereaksi dengan kation yang berbasa kuat
sperti Na, K, Ca, Mg dan juga kation berbasa lemah misalnya NH4+, sedangkan
resin penukar kation dalam bentuk asam lemah dapat bereaksi dengan kation
berbasa kuat, tetapi kurang baik untuk kation berbasa lemah. Resin penukar
anion biasanya dalam bentuk basa kuat mampu bereaksi dengan anion asam kuat
seperti Cl-, SO42-, NO3-, dan anion asam lemah misalnya CO32-, sedangkan resin
penukar anion yang bersifat basa lemah hanya baik bereaksi dengan anion asam
kuat.
Sampel cair yang mengandung ion atau logam ini bisa
diketahui atau dianalisis dengan menggunakan teknik kromatografi ion (ion
chromatography). Dengan menggunakan teknik kromatografi ion, anda bisa
memastikan ion-ion atau logam secara kualitatif ataupun kuantitatif dari
sampel. Dalam waktu yang singkat, ion-ion positif (kation) seperti : Na+, NH4+,
K+, Mg2+, Ca2+, Ag+, Cu2+, Fe2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion
negatif (anion) seperti : F-, PO43-, Cl-, NO2-, Br-, SO42-, CN-, I-, IO3-, dan
sejumlah jenis anion lainnya dapat diketahui secara pasti kepekatan perjumlahnya.
Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis ion (anion atau kation) dalam sampel,
dapat ditentukan secara serentak (simultaneous) dalam satu kromatogram (one
chromatogram run). Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan
dipisahkan dengan menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk
sekali injek sampel saja ke dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai
puncak kromatogram (chromatogram peaks) dari anion atau kation akan muncul.
Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer, bukan saja
sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi juga waktu analisisnya yang relatif
singkat dan juga hasilnya yang maksimal. Teknik kromatografi ion merupakan
salah satu subset dari kromatografi, khususnya kromatografi cair (LC=liquid
chromatography). Teknik ini dapat menentukan kepekatan spesies ion-ion (anion
atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan pada interaksinya dengan Resin
yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase yang digunakan. Spesies ion-ion
ini kemudian dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut berdasarkan pada
jenis, ukuran dan afiniti elektronnya. Campuran anion dan kation dalam suatu
sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion tersebut dapat ditentukan dalam waktu
yang relatif singkat (relatively short time). Suatu ion dalam sampel dengan
kepekatan yang sangat rendah, masih bisa diukur dengan teknik ini. Disebabkan
itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan bagi peneliti dalam mengetahui
ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai kemampuan menentukan
kepekatan ion atau logam pada level ppt (parts per trillion). Ia juga mudah
digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian peralatan ini. Pada umumnya,
aplikasi teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion non organik
serta ion-ion organik di mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion
organik dengan berat molekul yang besar dapat diketahui dengan baik dengan
didahului persiapan sampel yang baik.
Secara umum, teradapat dua
jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
1. Kromatografi
pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil
(-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan
dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat,
buffer MES dan fosfat.
2. Kromatografi
pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H,
dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini
adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin (Anonim, 2013).
B. Prinsip
Kerja
Pertukaran ion yang terjadi di resin selama elusi
dapat dilukiskan dengan persamaan reaksi biasa. Konstanta kesetimbangan
(koefisien selektivitas) akan menjadi K yang sangat dipengaruhi oleh keadaan resin
dan banyak faktor lain. Secara empiris ada beberapa hal yang perlu
diperhitungkan dalam menentukan koefisien selektivitas, yaitu:
1. Koefisien
selektivitas akan mendekati harga1 jika derajat hubungan silang/cross link
menurun
2. Ion kecil
dan terhidrasi menyebabkan afinitas resin semakin besar pula.
3. Afinitas
dari ion organik dengan massa molekul besar biasanya juga besar, mungkin karena
bertambahnya gaya-gaya van der waals.
Karena pertukaran ion melibatkan reaksi kimia biasa
maka pH akan berpengaruh pada pola pemisahannya.urutan ini dapat berubah jika
pH diikutsertakan dalam sistem karena pH secara langsung akan mengubah afinitas
terhadap fase gerak dan fase diam. Disosiasi dari asam dan basa lemah,
hidrolisis garam serta ion-ion logam akan dikendalikan oleh pHdari suasana
mediumnya. Dengan demikian, kita dapat mengatur kondisi pemisahan dengan
mengubah-ubah pH dari sistem atau menggunakan larutan penyangga untuk
mempertahankan pH.
Pada pemisahan logam menunjukan bahwa kerja pH
mengubah keterpisahan dan juga bentuk kromatogram. Dengan demikian, untuk kerja
pemisahan baik senyawa-senyawa anorganik maupun organik dapat dioptimasi dengan
menggunakan parameter pH fase gerak.
C.
Dasar-Dasar Teknik Preparasi
1. Pemilihan dan preparasi resin
Sifat-sifat
yang perlu diperhatikan dalam membeli resin dalam perdagangan ialah ukuran
partikel (mesh), tingkat ikatan silang, dan kualitasnya (analitycal grade; AG).
2. Pembengkakan (swelling)
Bila penukar
ion, misalnya resin yang tersulfonasi diberi air, gugus SO3-
dan H+ seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam
matriks. Karenanya air bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks.
3. Kapasitas kolom
Kapasitas
penukar ion akan mempengaruhi banyaknya sampel maksimum yang dapat dianalisis
dan dipakai untuk mengetahui stabilitas resin.
4. Cara deteksi
Untuk hal-hal
khusus digunakan : adsorbsi sinar, indeks refraksi, pH, radioaktivitas dan
pengukuran polarografik.
D.
Rangkaian Alat
rangkaian
alat atau komponen dasar yang biasa dipakai dalam teknik kromatografi ion, yang
terdiri atas:
1. Eluent, yang
berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut masuk ke dalam
kolom pemisah.
2. Pompa, yang
berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke dalam kolom.
Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan
perbedaan hasil
3. Injektor,
tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat didistribusikan masuk ke
dalam kolom.
4. Kolom
pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel.
Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang maksimal,
begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan memunculkan
puncak.
5. Detektor,
yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah
data yang masuk.
E.
Teknik Pengoprasian Alat
Pemilihan resin didasarkan pada
kegunaannya. Ada beberapa jenis resin termasuk kapasitas resin dan juga
porositas resin serta jenis aplikasi yang diharapkan. Resin yang sudah
dibuat seimbang dengan pelarut diisikan ke kolom dan elusi dilakukan. Deteksi
pemisahan sering kali agak susah dilakukan karena eluat akan dipenuhi ion yang
ditukarkan. Cara yang ditempuh adalah dengan pembacaan secara kontinu dengan
serapan ultraviolet, perubahan indeks refraksi, pH, dan sifat-sifat
polarografi. Beberapa cara konvensional masih sering dilakukan dengan beberapa
cara, namun cara yang umum adalah dengan menampung fraksi-fraksi yang diperkirakan
memberi informasi mengenai solut yang dipisahkan, lalu dilakukan analisis
tersendiri.
Tahapan
Elusi
Aplikasi
umum
Adapun aplikasi dari kromatografi
pertukaran ion biasanya berupa pemisahan ion-ion renik dalam sampel, misalnya
untuk tujuan pemurnian air minum. Kerena resin fese diam mempunyai kapasitas
maka pemisahan tidak dapat dilakukan terus-menerus dalam waktu lama karena
permukaan dan situs penukar ion akan habis. Industri larutan standar atau
obat-obatan sering memanfaatkan prinsip kromatografi penukaran ion.
Dalam bidang penelitian kimia dan
biokimia, kromatografi pertukaran ion sering dilakukan untuk pemisahan asam
amino atau enzim-enzim. Tujuan pemurnian juga sering menggunakan metode ini.
Pemisahan logam-logam juga menggunakan metode kromatografi pertukaran ion.
Namun, logam-logam yang dipisahkanharus terbatas jumlahnya dan tidak terlalu
besar.
F.
Analisa Kromatogram
Secara kuantitatif, afinitas resin
penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar dinyatakan dengan besaran angka
banding distribusi (D) sebagai berikut :
D
= kuantitas sampel dalam resin pada pelat tertentu
kuantitas sampel dalam laruta pada pelat
yang sama
Dalam
praktek keseharian D didefinisikan sebagai :
D
= jumlah ion yang terikat pada resin kering/gram resin kering
jumlah
ion tertinggal dalam larutan/ml larutan
No comments:
Post a Comment