PROPOSAL PRODUK INOVATIF
PROSES PRODUKSI OBAT NYAMUK
DARI EKSTRAK SERAI
Disusun
oleh :
Nama : Risca Wahyu Febriani
Kelas :
4 KA 2
No.
Absen : 29
SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
Jl.
Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Telp (0293) 4901639
Temanggung
56221
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
Nyamuk di rumah seringkali menjadi
masalah. Selain nyamuk yang serig berkeliaran di malam hari, nyamuk yang
terlihat di siang hari serimg kali lebih menakutkan karena bisa jdi nyamuk siang
tersebut adalah nyamuk yang dapat menularkan demam berdarah. Untuk menguir
nyamuk dapat menggunakan obat anti nyamuk yang beredar di pasaran. Ada yang
bentuknya spray, obat nyamuk bakar, sampai ke obat nyamuk elektrik.
Obat nyamuk umumnya mengandung insektisida
dengan beberapa senyawa kimia. Misalnya, nyamuk Culex sp. Dan Aedes aegypti diberantas dengan menyemprotkan racun
serangga. Selain berdampak positif (nyamuk sekarat), ada pula dampak
negatifnya. Kemungkinan timbul keracunan pada manusia, hewan ternak, polusi
lingkungan, dan hama menjadi resisten. Adakalanya juga insektisida ini
menyebabkan bau menyengat dan bikin sesak napas dan alergi pada kulit sehingga
berpengaruh terhadap kesehatan. Di samping itu, penyemprotan dengan insektisida
sintetis membutuhkan biaya cukup besar.
Dalam melawan nyamuk, ekstrak serai bisa
mnejadi solusi. Ekstrak ini merupakan senyawa kimia alamiah yang berbau khas dan
dapat digunakan untuk menghindari gangguan/gigitan nyamuk. Ekstrak itu berupa
minyak atsiri yang mengandung beragam senyawa, antara lain sitrat, sitronela,
gerantol, mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena. Yang paling
diandalkan membunuh nyamuk hanyalah setronela, karena memiliki sifat racun (desisccant).
Cara kerja racun ini seperti racun kontak yang mematikan karena tubuh serangga
(nyamuk) kehilangan banyak cairan.
Bahan ekstrak itulah yang nanti digunakan
dalam penyemprotan nyamuk atau sebagai “obat nyamuk” semprot atau “obat nyamuk”
oles dengan konsentrasi senyawa kimia yang rendah dan alamiah. Seberapa banyak
ekstrak dan cairan pelarut digunakan, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain ramah lingkungan dan tanpa efek
sampingan, pemberantasan nyamuk dengan cara ini juga relatif murah. Apalagi
tanaman serai sudah tidak asing bagi kita. Batang dan daunnya biasa digunakan
untuk bumbu masak, minyak wangi, bahan pencampur pada jamu, juga dapat
menghasilkan minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Minyak
Atsiri
Minyak
Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok
besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan. Minyak
Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para
ahli biologi menganggap,
Minyak Atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya
berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun
sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain
(lihat alelopati)
dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang
juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari
beberapa musang atau
cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat
itu tidak digolongkan sebagai Minyak Atsiri.
Proses produksi minyak atsiri dapat
ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2) ekstraksi
menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan (distillation).
Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan
minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam
ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak
atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler)
ke dalam ketel penyulingan.
Minyak Atsiri bersifat mudah menguap karena
titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia
(terutama di hidung)
sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap
senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari
campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu
biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar Minyak
Atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena danterpenoid yang
bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Minyak
Atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya.
·
Minyak adas (fennel/foeniculi
oil)
·
Minyak
cendana sandalwood oil)
·
Minyak
bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf
clove oil)
·
Minyak
kayu putih (cajuput oil)
·
Minyak
bunga kenanga (ylang-ylang oil)
·
Minyak serai/sereh
·
Minyak kulit manis
·
Minyak kulit jeruk purut
·
Minyak jahe
B.
Sereh
Sereh merupakan salah satu jenis
rumput-rumputan yang sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Sereh banyak
gunanya, selain sebagai bumbu dapur juga dapat dibuat minyak (minyak sereh) dan
juga sebagai obat gosok atau pewangi pada sabun mandi. Untuk menghasilkan
minyak sereh murni digunakan cara ekstraksi untuk mendapatkan campuran heksana
dengan minyak sereh dan distilasi untuk memisahkan campuran minyak sereh dengan
pelarutnya, heksana.
Sereh merupakan
salah satu jenis rumput-rumputan yang merupakan jenis tanaman tahunan yang
membentuk rumpun tebal dengan tinggi sampai 2 meter. Nama ilmiahnya Cymbopogon
citrates. Batangnya kaku, keluar dari akar tinggal yang berimpang pendek.
Daunnya berbentuk pita yang makin meruncing, berwarna hijau kebiru-biruan,
lokos dan halus pada kedua permukaannya, tetapi pinggirnya kasar. Jenis ini
jarang berbunga. Perbungaannya berupa tandan yang sangat pendek, panjangnya
kurang dari 2 cm. Tanaman ini hidup baik di daerah yang udaranya panas maupun
basah, sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Cara
berkembangbiaknya dengan anak atau akarnya yang bertunas. Supaya daunnya subur
dan lebat, sebaiknya penanaman dilakukan dengan jarak sekitar 65 cm per baris.
Ada dua tipe
sereh, yaitu yang disebut mahapengiri atau tipe Jawa dan lenabatu. Kedua tipe
ini berbeda dalam pengawakan dan kadar minyaknya. Di Jawa, jenis ini dianjurkan
untuk ditanam dengan jarak tanam 100x100 cm pada tanah yang subur, sedang pada
tanah yang kurus/kurang subur ditanam lebih rapat yaitu 75x75 cm. setelah lebih
kurang 6 bulan tanaman sudah dapat dipanen. Dalam musim hujan panenan dilakukan
selang 75 hari, sedang dalam musim kemarau selang 90 hari. Hasil daun basah
kira-kira 10-15 ton/ha/tahun dengan kadar minyak 0,5% dan 1,2%. Bahan kimia
yang terpenting dalam minyak sereh adalah persenyawaan aldehid dengan nama
sitronellal dan persenyawaan alkohol yaitu geraniol. Kadar sitronellal dan
geraniol sangat menentukan minyak sereh. Janis tanaman sereh yang menghasilkan
produksi dan mutu yang terbaik adalah jenis Mahapengiri yang banyak di Pulau
Jawa, karena mengandung 80-97% geraniol dan 30-45% sitronellal. Sedangkan jenis
lenabatu mengandung 55-76% total geraniol.
Faktor yang
mempengaruhi produksi dan mutu minyak sereh antara lain keadaan tanah, iklim,
tinggi daerah dari permukaan laut dan keadaan daun sebelum disuling. Akibat
penyimpanan terlalu lama minyak sereh akan kehilangan sebagian komponen yang
menentukan nilainya sebagai bahan baku industry. Sereh dapat dibedakan
berdasarkan:
a. Secara morfologi,
berdasarkan bentuk dan panjang daunnya.
b. Secara fisiologi,
berdasarkan komponen minyak atsiri masing-masing tanaman.
Tanaman sereh termasuk golongan tumput-rumputan yang
disebut Andropogon nardus atau Cymbopogon nardus.
Klasifikasi dari tanaman sereh sebagai berikut:
Division
: Anthophyta
Phylum
: Angiospermae
Klas
: Monocotyledonae
Family
: Graminae
Genus
: Cymbopogon
Spesies
: Cymbopogon nardus
C.
Metode Ekstraksi (Maserasi)
Maserasi istilah aslinya adalah
macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini merupakan salah satu cara
ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan
nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau
setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai
dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014). Maserasi adalah
salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal
dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi
yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas
(Hamdani, 2014). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari (Afifah,2012). Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang
paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang
sesuai dan tanpa pemanasan.
Prinsip maserasi adalah
pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu
pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk
ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Penggunaan
Heksan Sebagai Pelarut
Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang
perlu diperhatikan antara lain adalah daya melarutkan oleoresin, titik didih,
sifat racun, mudah tidaknya terbakar dan pengaruh terhadap alat peralatan
ekstraksi. Pengunaan heksan sebagai pelarut dikarenakan sifat non polarnya
sehingga lebih cepat melarutkan oleoresin dan mempermudah proses ekstraksi bila
dibandingkan dengan pelarut lain. Digunakannya heksan yang bersifat non polar
sebagai pelarut. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam
dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat
aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut
akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada
di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi
zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang
terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi
antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan
berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).Dalam
kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan
di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
D.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A.
Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan :
1.
Neraca
2.
Pipet tetes
3.
Gelas kimia 500 ml
4.
Batang pengaduk
5.
Erlenmeyer
6.
Stirrer
7.
Coronng pisah
8.
Penangas air
9.
Corong gelas
Bahan yang
digunakan :
1. Batang serai
2. N-Hexana
3. Aquades
4. Kertas
saring
B.
Prosedur
Percobaan
a) Ekstraksi
serai
1. Batang serai
diiris kecil dan tipis, kemudian ditimbang sebanyak 40 gram.
2. Kemudian
irisan tersebut dihaluskan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan
50 ml n-hexana dan dikocok/diputar selama 30 menit.
4. Didekantasi
dan disaring.
5. Serai pada
kertas saring diekstraksi kembali dengan menambahkan 50 ml n hexana. Dikocok selama
15 menit.
6. Didekantasi
dan disaring.
7. Hasing
saringan diuapkan menggunakan penangas air yang dipanaskan.
8. Kemudian
dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.
b) Cara
Pemakaian
1. Encerkan
ekstrak serai diatas dengan perbandingan 1:3. Dalam hal ini 25 ml ekstrak serai
diencerkan dengan ar sampai 100 ml.
2. Wadahi dalam
botol penemprot
3. Semprotkan
di ruangan yang dikehendaki, tutup ruangan selama 15 enit
4. Ruangan
sudah bebas nyamuk dan siap pakai
No comments:
Post a Comment