Tuesday, November 20, 2018

PEMBUATAN OBAT NYAMUK DARI EKSTRAK SEREH


PROPOSAL PRODUK INOVATIF
PROSES PRODUKSI OBAT NYAMUK
DARI EKSTRAK SERAI

 

Disusun oleh :
Nama                   : Risca Wahyu Febriani
Kelas                    : 4 KA 2
No. Absen            : 29

SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
Jl. Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Telp (0293) 4901639
Temanggung 56221
2016/2017




BAB I
PENDAHULUAN
Nyamuk di rumah seringkali menjadi masalah. Selain nyamuk yang serig berkeliaran di malam hari, nyamuk yang terlihat di siang hari serimg kali lebih menakutkan karena bisa jdi nyamuk siang tersebut adalah nyamuk yang dapat menularkan demam berdarah. Untuk menguir nyamuk dapat menggunakan obat anti nyamuk yang beredar di pasaran. Ada yang bentuknya spray, obat nyamuk bakar, sampai ke obat nyamuk elektrik.
Obat nyamuk umumnya mengandung insektisida dengan beberapa senyawa kimia. Misalnya, nyamuk Culex sp. Dan Aedes aegypti diberantas dengan menyemprotkan racun serangga. Selain berdampak positif (nyamuk sekarat), ada pula dampak negatifnya. Kemungkinan timbul keracunan pada manusia, hewan ternak, polusi lingkungan, dan hama menjadi resisten. Adakalanya juga insektisida ini menyebabkan bau menyengat dan bikin sesak napas dan alergi pada kulit sehingga berpengaruh terhadap kesehatan. Di samping itu, penyemprotan dengan insektisida sintetis membutuhkan biaya  cukup besar.
Dalam melawan nyamuk, ekstrak serai bisa mnejadi solusi. Ekstrak ini merupakan senyawa kimia alamiah yang berbau khas dan dapat digunakan untuk menghindari gangguan/gigitan nyamuk. Ekstrak itu berupa minyak atsiri yang mengandung beragam senyawa, antara lain sitrat, sitronela, gerantol, mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena. Yang paling diandalkan membunuh nyamuk hanyalah setronela, karena memiliki sifat racun (desisccant). Cara kerja racun ini seperti racun kontak yang mematikan karena tubuh serangga (nyamuk) kehilangan banyak cairan.
Bahan ekstrak itulah yang nanti digunakan dalam penyemprotan nyamuk atau sebagai “obat nyamuk” semprot atau “obat nyamuk” oles dengan konsentrasi senyawa kimia yang rendah dan alamiah. Seberapa banyak ekstrak dan cairan pelarut digunakan, tinggal disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain ramah lingkungan dan tanpa efek sampingan, pemberantasan nyamuk dengan cara ini juga relatif murah. Apalagi tanaman serai sudah tidak asing bagi kita. Batang dan daunnya biasa digunakan untuk bumbu masak, minyak wangi, bahan pencampur pada jamu, juga dapat menghasilkan minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Minyak Atsiri
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan. Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, Minyak Atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai Minyak Atsiri.
Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan (distillation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
Minyak Atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar Minyak Atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena danterpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
Minyak Atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya.
·         Minyak adas (fennel/foeniculi oil)
·         Minyak cendana sandalwood oil)
·         Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil)
·         Minyak kayu putih (cajuput oil)
·         Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil)
·         Minyak lawang
·         Minyak mawar
·         Minyak nilam
·         Minyak serai/sereh
·         Minyak kulit manis
·         Minyak kulit jeruk purut
·         Minyak jahe

B.     Sereh
Sereh merupakan salah satu jenis rumput-rumputan yang sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Sereh banyak gunanya, selain sebagai bumbu dapur juga dapat dibuat minyak (minyak sereh) dan juga sebagai obat gosok atau pewangi pada sabun mandi. Untuk menghasilkan minyak sereh murni digunakan cara ekstraksi untuk mendapatkan campuran heksana dengan minyak sereh dan distilasi untuk memisahkan campuran minyak sereh dengan pelarutnya, heksana.
Sereh merupakan salah satu jenis rumput-rumputan yang merupakan jenis tanaman tahunan yang membentuk rumpun tebal dengan tinggi sampai 2 meter. Nama ilmiahnya Cymbopogon citrates. Batangnya kaku, keluar dari akar tinggal yang berimpang pendek. Daunnya berbentuk pita yang makin meruncing, berwarna hijau kebiru-biruan, lokos dan halus pada kedua permukaannya, tetapi pinggirnya kasar. Jenis ini jarang berbunga. Perbungaannya berupa tandan yang sangat pendek, panjangnya kurang dari 2 cm. Tanaman ini hidup baik di daerah yang udaranya panas maupun basah, sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Cara berkembangbiaknya dengan anak atau akarnya yang bertunas. Supaya daunnya subur dan lebat, sebaiknya penanaman dilakukan dengan jarak sekitar 65 cm per baris.
Ada dua tipe sereh, yaitu yang disebut mahapengiri atau tipe Jawa dan lenabatu. Kedua tipe ini berbeda dalam pengawakan dan kadar minyaknya. Di Jawa, jenis ini dianjurkan untuk ditanam dengan jarak tanam 100x100 cm pada tanah yang subur, sedang pada tanah yang kurus/kurang subur ditanam lebih rapat yaitu 75x75 cm. setelah lebih kurang 6 bulan tanaman sudah dapat dipanen. Dalam musim hujan panenan dilakukan selang 75 hari, sedang dalam musim kemarau selang 90 hari. Hasil daun basah kira-kira 10-15 ton/ha/tahun dengan kadar minyak 0,5% dan 1,2%. Bahan kimia yang terpenting dalam minyak sereh adalah persenyawaan aldehid dengan nama sitronellal dan persenyawaan alkohol yaitu geraniol. Kadar sitronellal dan geraniol sangat menentukan minyak sereh. Janis tanaman sereh yang menghasilkan produksi dan mutu yang terbaik adalah jenis Mahapengiri yang banyak di Pulau Jawa, karena mengandung 80-97% geraniol dan 30-45% sitronellal. Sedangkan jenis lenabatu mengandung 55-76% total geraniol.
Faktor yang mempengaruhi produksi dan mutu minyak sereh antara lain keadaan tanah, iklim, tinggi daerah dari permukaan laut dan keadaan daun sebelum disuling. Akibat penyimpanan terlalu lama minyak sereh akan kehilangan sebagian komponen yang menentukan nilainya sebagai bahan baku industry. Sereh dapat dibedakan berdasarkan:
a.    Secara morfologi, berdasarkan bentuk dan panjang daunnya.
b.    Secara fisiologi, berdasarkan komponen minyak atsiri masing-masing tanaman.
Tanaman sereh termasuk golongan tumput-rumputan yang disebut Andropogon nardus atau Cymbopogon nardus. Klasifikasi dari tanaman sereh sebagai berikut:
Division           : Anthophyta
Phylum            : Angiospermae
Klas                 : Monocotyledonae
Family             : Graminae
Genus              : Cymbopogon
Spesies             : Cymbopogon nardus

C.    Metode Ekstraksi (Maserasi)
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014). Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,2012). Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan.
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Penggunaan Heksan Sebagai Pelarut
Dalam pemilihan jenis pelarut faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah daya melarutkan oleoresin, titik didih, sifat racun, mudah tidaknya terbakar dan pengaruh terhadap alat peralatan ekstraksi. Pengunaan heksan sebagai pelarut dikarenakan sifat non polarnya sehingga lebih cepat melarutkan oleoresin dan mempermudah proses ekstraksi bila dibandingkan dengan pelarut lain. Digunakannya heksan yang bersifat non polar sebagai pelarut. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.

D.     
BAB III
PROSEDUR KERJA
A.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan     :
1.      Neraca
2.      Pipet tetes
3.      Gelas kimia 500 ml
4.      Batang pengaduk
5.      Erlenmeyer
6.      Stirrer
7.      Coronng pisah
8.      Penangas air
9.      Corong gelas
Bahan yang digunakan  :
1.    Batang serai
2.    N-Hexana
3.    Aquades
4.    Kertas saring

B.     Prosedur Percobaan
a)      Ekstraksi serai
1.    Batang serai diiris kecil dan tipis, kemudian ditimbang sebanyak 40 gram.
2.    Kemudian irisan tersebut dihaluskan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3.    Ditambahkan 50 ml n-hexana dan dikocok/diputar selama 30 menit.
4.    Didekantasi dan disaring.
5.    Serai pada kertas saring diekstraksi kembali dengan menambahkan 50 ml n hexana. Dikocok selama 15 menit.
6.    Didekantasi dan disaring.
7.    Hasing saringan diuapkan menggunakan penangas air yang dipanaskan.
8.    Kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah.
b)      Cara Pemakaian
1.    Encerkan ekstrak serai diatas dengan perbandingan 1:3. Dalam hal ini 25 ml ekstrak serai diencerkan dengan ar sampai 100 ml.
2.    Wadahi dalam botol penemprot
3.    Semprotkan di ruangan yang dikehendaki, tutup ruangan selama 15 enit
4.    Ruangan sudah bebas nyamuk dan siap pakai



No comments:

Post a Comment

ANALISA KALSIUM (Ca) DALAM BATU KAPUR

MAKALAH ANALISA KALSIUM (Ca) DALAM BATU KAPUR DISUSUN OLEH : RISCA WAHYU FEBRIANI 29 / 4 KIMIA 2 SMK N 1 (STM PEMBAN...